Wahananews-Karo | Keseriusan PT PLN (Persero) melakukan transisi energi. Itu sebabnya perusahaan listrik milik negara ini menggandeng International Energy Agency (IEA) untuk memamatkan Investasi Kemitraan Transisi Energi dan Rencana Kebijakan (JETP IPP) dalam mengakselerasi transisi energi Indonesia.
Kerja sama ini ditandai dengan melarang nota kesepahaman antara kedua belah pihak.
Baca Juga:
ALPERKLINAS Imbau Konsumen Percayakan Perbaikan dan Pemasangan Instalasi Listrik pada Ahlinya
IEA merupakan lembaga independen profesional yang menjadi rujukan dunia terkait analisis, data, rekomendasi kebijakan, solusi pembangunan ketahanan energi, ekonomi berkelanjutan dan pembangunan lingkungan.
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, kerja sama kedua lembaga ini telah terjalin lama dan kolaborasi kali ini khusus dalam mencapai target pengurangan emisi karbon dunia, PLN dan IEA memperkuat kerja sama.
“Kami memiliki visi yang sama untuk menyongsong masa depan. Masa depan energi berkelanjutan, yang membawa kemakmuran dan kemuliaan bagi bangsa dan dunia,” ujar Darmawan.
Baca Juga:
Energi Hijau Jadi Primadona, PLN Siapkan Solusi untuk Klien Raksasa Dunia
Darmawan juga menjelaskan dalam menjalankan proyek transisi energi banyak tantangan. Salah satu tantangannya adalah proyeksi pertumbuhan permintaan listrik dan juga kondisi permintaan di Indonesia yang dinamis. Tantangan ini perlu diselesaikan dengan kolaborasi.
“PLN dan IEA akan menjadi pionir, menunjukkan kepada dunia bahwa peta jalan transisi energi dapat dibangun melalui kolaborasi. Dapat dibangun secara komprehensif dari hulu ke hilir,” tambah Darmawan.
Pada 2030 mendatang, tantangan emisi karbon pada sektor ketenagalistrikan yang dikelola PLN, akan mencapai 433 juta ton pada skenario bisnis seperti biasa. Upaya pada RUPTL 2021-2030 akan menurunkan emisi menjadi 335 juta metrik ton CO2, yang menjadi landasan untuk dapat mencapai target net zero emission (NZE) pada 2060. Upaya Pengembangan NZE tersebut memerlukan langkah-langkah peningkatan antara lain dengan menggaet dana yang murah untuk penerbitan investasi yang besar.
“Kami memiliki tujuan bersama, yaitu mencapai emisi nol bersih. Yang kami butuhkan adalah mengkonsolidasikan setiap langkah,” tegas Darmawan.
Indonesia sebagai negara kepulauan juga menilai IEA perlu meningkatkan interkoneksi sistem kelistrikan. Hal ini penting untuk menjamin akses listrik yang merata bagi seluruh masyarakat. Dengan sistem interkoneksi yang andal akan berpengaruh pada harga listrik yang terjangkau bagi masyarakat.
Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol menjelaskan himbauan mendukung penuh langkah Indonesia dalam masa transisi energi. Upaya Indonesia mengurangi emisi karbon akan berdampak langsung pada pengurangan emisi karbon.
“Kami mendukung Indonesia penuh dalam proyek transisi energi. Dukungan IEA kepada Indonesia bisa menjadi pendorong bagi berbagai pihak yang melakukan kolaborasi bersama dalam proyek transisi energi,” ujar Fatih Birol.
Kedua pihak akan bekerja sama dalam pemantapan roadmap NZE yang sudah dibuat oleh Indonesia. Kedua pihak juga akan mempertajam skema JETP dalam menggaet kolaborasi investasi untuk membiayai proyek transisi energi di Indonesia.
Khususnya dalam proyek pengembangan pembangkit EBT, pembangunan jalur transmisi energi hijau yang memungkinkan dan juga peningkatan kapasitas SDM Indonesia untuk bersiap menyongsong era baru dalam perkembangan energi ke depan. [Hk]