KARO.WAHANANEWS.CO, Kabanjahe – Seorang putri di bawah umur, PN (13) jadi korban penculikan, penyekapan, dan penyiksaan sindikat muncikari prostitusi pedofilia di Gang Nelva, Kabanjahe, Karo, Sumatera Utara.
PN sudah sekira sebulan tak kembali ke rumah orangtuanyi. Dia disekap oleh seorang perempuan mucikari NSS (26) dengan dua lelaki AM (29) dan RS (30) yang memperdagangkan korban dengan media sosial internet WhatsApp.
Baca Juga:
Polsek Kebayoran Baru Tangkap Empat Pelaku Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO)
Selama dalam penyekapan, PN kerap mendapat kekerasan fisik dan mental dari ketiga tersangka ini. Hal ini, membuat korban derita depresi parah, sehingga membutuhkan pendampingan ahli kejiwaan.
Disebutkan Kasat Reskrim Polres Karo, AKP Rasmaju Tarigan, kasus ini terungkap lantara korban dan ibunyi melapor dugaan tindak pidana perdagangan orang (TPPO) yang PN berhasil lolos dari penyekapan pulang ke rumah orangtuanyi di Kabanjahe untuk melapor polisi.
“Dari sini, Polres Karo melakukan penyelidikan dan penangkapan ketiga pelaku,” ujar Rasmaju kepada awak pers di Mapolres Karo, Jalan No.45, Kota Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, Senin (20/1/2025).
Baca Juga:
Salon Oma di Bekasi Jual ABG Open BO, Korban Cuma Dibayar Rp50 Ribu
Polres Karo sudah tetapkan ketiganya jadi tersangka yang ditangkap di tempat penyekapan korban.
Selanjutnya, polisi juga menangkap RG (27) seorang pedofilia pengguna jasa mucikari ini untuk melakukan tindakan asusila kepada PN. Anggota satreskrim menyuruh NSS mencari pemesan dengan tawaran ada barang baru dan bagus.
“Untuk mengungkap kasus ini lebih dalam, NSS disuruh menghubungi lelaki itu dan mengatakan ada barang baru sehingga pemesan datang dengan sebuah mobil warna putih, yaitu CG,” jelas Rasmaju.
Dijelaskan Tarigan, ketiga tersangka TPPO ini, dijerat pidana dengan Pasal 83 dan Pasal 88 dari Undang Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Literasi hukum dari kutipan langsung UU ini adalah, Pasal 83, yaitu “Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76F dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling sedikit Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)”.
Kutipan Pasal 76F adalah “Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan penculikan, penjualan, dan/atau perdagangan Anak”.
Pasal 88 yakni “Setiap Orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76I, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah)”.
Pasal 76I yakni “Setiap Orang dilarang menempatkan, membiarkan, melakukan, menyuruh melakukan, atau turut serta melakukan eksploitasi secara ekonomi dan/atau seksual terhadap Anak”.
Disebutkan Rasmaju Tarigan, kepada CG, pengguna jasa prostitusi anak jaringan NSS ini, oleh Polri dijerat dengan pasal persetubuhan dan perbuatan cabul terhadap anak dibawah umur, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81 Ayat (2), Pasal 82 Ayat (1) dari UU Nomor 17 Tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 1 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak ancaman kurungan penjara paling singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun.
Literasi, kutipan UU Nomor 17 Tahun 2016, Pasal 81, “Ketentuan pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku pula bagi setiap orang yang dengan sengaja melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan, atau membujuk Anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang lain”.
Pasal 82 ayat (1) “Setiap orang yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 76E dipidana dengan pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp5.000.000,00 (lima miliar rupiah)”.
[Redaktur: Hendrik Isnaini Raseukiy]